Sinar Narasi — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali merilis hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SPBO) untuk triwulan IV-2025. Survei ini menunjukkan bahwa mayoritas bank di Indonesia tetap optimistis mengenai prospek kinerja mereka hingga akhir tahun. Keyakinan tersebut tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan IV-2025, yang tercatat sebesar 66, yang menempatkan sektor perbankan pada zona optimistis.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa angka IBP yang mencapai 66 menunjukkan adanya ekspektasi positif di kalangan pelaku perbankan terhadap pertumbuhan bisnis, likuiditas, dan profitabilitas.
“Indeks ini menandakan bahwa meskipun terdapat berbagai tantangan ekonomi global maupun domestik, bank-bank di Indonesia masih menunjukkan keyakinan tinggi terhadap kinerja mereka hingga akhir tahun 2025,” ujar Dian dalam keterangan resmi yang dirilis pada Sabtu, 22 November 2025.
Survei SPBO OJK sendiri dilakukan secara rutin setiap triwulan untuk memantau persepsi dan strategi perbankan di Indonesia. Indeks Orientasi Bisnis Perbankan merupakan salah satu indikator penting yang mencerminkan keyakinan bank terhadap prospek usaha mereka dalam jangka pendek. Nilai IBP di atas 50 menunjukkan zona optimistis, sedangkan nilai di bawah 50 menandakan zona pesimistis. Dengan nilai 66, perbankan Indonesia berada pada posisi yang cukup kuat, yang menandakan optimisme yang solid di tengah tantangan yang mungkin timbul.
Menurut OJK, beberapa faktor yang mendorong optimisme perbankan adalah pertumbuhan kredit yang stabil, peningkatan layanan digital, serta efektivitas manajemen risiko. Bank-bank juga terus memanfaatkan teknologi finansial untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas jangkauan layanan kepada masyarakat.
“Digitalisasi perbankan menjadi salah satu kunci untuk mempertahankan daya saing, meningkatkan kualitas layanan, dan menjaga pertumbuhan aset,” tambah Dian Ediana Rae.
Selain itu, kinerja makroekonomi Indonesia yang relatif stabil turut memberikan dorongan bagi sektor perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang konsisten, inflasi terkendali, dan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor pendukung bagi bank untuk terus menyalurkan kredit serta menjaga kesehatan portofolio mereka. OJK menekankan bahwa pengawasan yang ketat terhadap likuiditas, kualitas aset, dan rasio permodalan bank menjadi fondasi penting dalam menjaga stabilitas sistem perbankan.
Dalam survei SPBO triwulan IV-2025, OJK juga menyoroti bahwa bank-bank cenderung fokus pada strategi pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini meliputi peningkatan pembiayaan sektor produktif, ekspansi layanan digital, serta penguatan kapasitas internal melalui peningkatan sumber daya manusia dan teknologi informasi. Strategi-strategi tersebut diharapkan dapat membantu bank menghadapi persaingan yang semakin ketat serta adaptasi terhadap perubahan kebutuhan nasabah yang semakin kompleks.
Meski optimisme tinggi, OJK tetap mengingatkan agar perbankan tidak lengah terhadap risiko eksternal. Tantangan global seperti fluktuasi harga komoditas, ketidakpastian ekonomi dunia. Serta perubahan kebijakan moneter di berbagai negara masih dapat mempengaruhi kondisi pasar domestik. Oleh karena itu. Pengelolaan risiko yang prudent dan perencanaan strategis yang matang menjadi kunci utama agar bank dapat tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan. Hasil survei ini memberikan sinyal positif bagi industri perbankan dan ekonomi Indonesia secara umum. Optimisme yang tercermin dari nilai IBP 66 menunjukkan bahwa bank-bank di Indonesia tetap percaya diri dalam menghadapi sisa tahun 2025. Sambil tetap memerhatikan manajemen risiko dan inovasi layanan. OJK menegaskan bahwa pengawasan yang konsisten dan adaptasi terhadap perkembangan pasar akan terus di lakukan untuk memastikan sektor perbankan tetap sehat, stabil, dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan demikian, data SPBO triwulan IV-2025 menegaskan bahwa perbankan Indonesia menunjukkan resilience yang tinggi. Keyakinan ini juga menjadi indikator bahwa perbankan akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi domestik melalui penyaluran kredit yang produktif. Layanan yang inovatif, serta manajemen risiko yang matang. Optimisme yang terjaga ini di harapkan akan mendorong stabilitas dan keberlanjutan sektor perbankan di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.