Tips Menjaga Kesehatan Mental Ringan untuk Pekerja

Sinar NarasiTekanan di tempat kerja dapat menyebabkan stres berat dan berdampak signifikan pada kesehatan jiwa seorang pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Menyadari hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui laman kms.kemkes.go.id memberikan sejumlah strategi praktis untuk mengelola stres di tempat kerja, sehingga kesehatan mental pekerja tetap terjaga.

Salah satu strategi utama yang direkomendasikan adalah menjaga work-life balance atau keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kemenkes, pekerja perlu menata waktu kerja dan istirahat secara seimbang. Hal ini bisa dimulai dengan menetapkan prioritas tugas, membuat jadwal yang realistis, serta menegaskan batasan waktu kerja agar tidak terbawa ke ranah pribadi. Dengan begitu, pekerja dapat memiliki ruang untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga, atau melakukan hobi yang menyenangkan, tanpa merasa terbebani oleh pekerjaan yang menumpuk.

Selain menata waktu, menjaga komunikasi dengan orang terdekat juga sangat dianjurkan. Berbagi keluh kesah atau pengalaman sehari-hari dengan keluarga, teman, atau rekan kerja dapat membantu mengurangi beban emosional. Dukungan sosial ini menjadi semacam ruang aaman bagi pekerja untuk menyampaikan perasaan, mengelola stres, dan menerima saran atau bantuan. Menurut Kemenkes, memiliki sistem dukungan sosial yang baik terbukti secara ilmiah dapat mengurangi risiko gangguan mental, termasuk depresi dan kecemasan.

Bagi pekerja yang sering terpapar berita negatif atau informasi yang menimbulkan kecemasan, Kemenkes menyarankan agar membatasi paparan tersebut. Terutama selama masa pandemi, disarankan hanya menyerap informasi dari sumber yang tepercaya. Mengurangi konsumsi berita yang berlebihan dapat membantu pekerja tetap fokus dan menghindari stres tambahan akibat rasa khawatir yang berlebihan.

Kemenkes juga menekankan peran pimpinan perusahaan dalam menjaga kesehatan mental staf. Sekjen Kemenkes menyebut bahwa perhatian sederhana dari atasan, seperti menghargai pencapaian kecil karyawan, bersikap peka terhadap perubahan perilaku, atau menyediakan saluran komunikasi terbuka, dapat memberikan efek positif yang besar terhadap kesejahteraan mental pekerja. Dukungan struktural dari organisasi, seperti jam kerja fleksibel, ruang istirahat, dan kesempatan cuti mental, juga sangat membantu pekerja dalam mengelola tekanan.

Dalam dokumen resmi berjudul Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja, Kemenkes menjelaskan pentingnya menyesuaikan beban kerja agar tidak berlebihan. Pekerja dianjurkan untuk rutin melakukan refleksi diri, mengevaluasi tingkat stres, dan mengambil waktu istirahat bila merasa lelah secara emosional. Aktivitas sederhana seperti meditasi singkat, olahraga ringan, berjalan-jalan sebentar di luar kantor, atau mendengarkan musik dapat menjadi cara efektif untuk menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh.

Selain itu, menciptakan lingkungan kerja yang suportif sangat penting. Rekan kerja dapat saling mendukung, memberikan dorongan positif, dan membangun budaya kerja yang menghargai kesejahteraan mental. Dengan kombinasi perhatian individu dan dukungan organisasi, pekerja akan lebih mampu menghadapi tekanan pekerjaan sehari-hari tanpa mengorbankan kesehatan jiwa.

Dengan menerapkan tips-tips ringan namun konsisten ini, pekerja tidak hanya menjaga kesehatan mental secara proaktif, tetapi juga meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kepuasan kerja. Kesadaran akan pentingnya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, komunikasi terbuka, serta dukungan dari pimpinan dan rekan kerja menjadi kunci utama agar tekanan kerja tidak berujung pada stres berat. Seiring waktu, praktik ini diharapkan dapat membentuk budaya kerja yang lebih sehat, harmonis, dan manusiawi bagi seluruh pekerja.