Mengenal Metode FIFO, LIFO, dan Average

Hello Sobat SinarNarasi! Metode FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), dan Average merupakan metode akuntansi yang digunakan dalam penghitungan nilai persediaan barang. Metode FIFO adalah metode yang menghitung nilai persediaan berdasarkan barang yang tersedia pertama kali masuk dan yang terjual pertama kali keluar.

Sedangkan metode LIFO adalah kebalikan dari FIFO, yaitu menghitung nilai persediaan berdasarkan barang yang terakhir masuk dan yang terjual pertama kali keluar. Terakhir, metode Average menghitung nilai persediaan dengan cara menghitung rata-rata harga barang yang tersedia.

Contoh Soal FIFO

Berikut adalah contoh soal FIFO:PT Agung Jaya memiliki persediaan barang sejumlah 50 unit dengan harga per unit sebagai berikut:- 10 unit dengan harga Rp 5.000- 20 unit dengan harga Rp 6.000- 20 unit dengan harga Rp 7.000Pada bulan Januari, PT Agung Jaya menjual 30 unit barang tersebut. Berapa nilai persediaan yang tersisa menggunakan metode FIFO?Jawaban:- 10 unit dengan harga Rp 5.000 = Rp 50.000- 20 unit dengan harga Rp 6.000 = Rp 120.000Total nilai persediaan = Rp 170.000Maka, nilai persediaan yang tersisa adalah:- 20 unit dengan harga Rp 6.000 = Rp 120.000- 10 unit dengan harga Rp 7.000 = Rp 70.000Total nilai persediaan = Rp 190.000

Contoh Soal LIFO

Berikut adalah contoh soal LIFO:PT Bintang Mas memiliki persediaan barang sejumlah 40 unit dengan harga per unit sebagai berikut:- 10 unit dengan harga Rp 7.000- 20 unit dengan harga Rp 6.000- 10 unit dengan harga Rp 5.000Pada bulan Februari, PT Bintang Mas menjual 25 unit barang tersebut. Berapa nilai persediaan yang tersisa menggunakan metode LIFO?Jawaban:- 25 unit dengan harga Rp 5.000 = Rp 125.000- 15 unit dengan harga Rp 6.000 = Rp 90.000Total nilai persediaan = Rp 215.000Maka, nilai persediaan yang tersisa adalah:- 5 unit dengan harga Rp 7.000 = Rp 35.000- 10 unit dengan harga Rp 6.000 = Rp 60.000Total nilai persediaan = Rp 95.000

Contoh Soal Average

Berikut adalah contoh soal Average:PT Cahaya Abadi memiliki persediaan barang sejumlah 30 unit dengan harga per unit sebagai berikut:- 10 unit dengan harga Rp 8.000- 10 unit dengan harga Rp 7.000- 10 unit dengan harga Rp 6.000Pada bulan Maret, PT Cahaya Abadi menjual 20 unit barang tersebut. Berapa nilai persediaan yang tersisa menggunakan metode Average?Jawaban:- (10 x Rp 8.000) + (10 x Rp 7.000) + (10 x Rp 6.000) = Rp 210.000- Rp 210.000 / 30 unit = Rp 7.000 (harga rata-rata)Total nilai persediaan = Rp 210.000Maka, nilai persediaan yang tersisa adalah:- 10 unit dengan harga Rp 7.000 = Rp 70.000- 10 unit dengan harga Rp 6.000 = Rp 60.000Total nilai persediaan = Rp 130.000

Perbandingan Metode FIFO, LIFO, dan Average

Ketiga metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode FIFO lebih cocok digunakan dalam kondisi inflasi karena nilai persediaan yang dihasilkan lebih tinggi. Sedangkan metode LIFO lebih cocok digunakan dalam kondisi deflasi karena nilai persediaan yang dihasilkan lebih rendah. Sedangkan metode Average cocok digunakan dalam kondisi stabil.Namun, nilai persediaan yang dihasilkan dari ketiga metode tersebut biasanya tidak sama. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memilih metode yang paling sesuai dan konsisten dalam penggunaannya.

Kesimpulan

Dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menghitung nilai persediaan barang secara teliti dan akurat. Ketiga metode FIFO, LIFO, dan Average dapat digunakan untuk menghitung nilai persediaan tersebut.

Namun, nilai persediaan yang dihasilkan dari ketiga metode tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memilih metode yang paling sesuai dan konsisten dalam penggunaannya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat SinarNarasi!