Sinarnarasi.com — Fenomena kucing yang tampak lebih sering mengeong atau “ngomong” dengan pemilik pria dibandingkan wanita menarik perhatian para pecinta hewan peliharaan. Meskipun tidak semua kucing menunjukkan perilaku ini, beberapa penelitian dan pengamatan perilaku hewan menunjukkan adanya pola komunikasi yang berbeda antara kucing dan pemilik berdasarkan jenis kelamin. Apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa kucing tampak lebih vokal kepada pria?
Pertama, penting dipahami bahwa mengeong merupakan salah satu bentuk komunikasi utama kucing dengan manusia. Dalam alam liar, kucing jarang mengeong kepada sesama kucing dewasa; suara ini lebih sering ditujukan untuk interaksi dengan manusia. Mengeong bisa berarti berbagai hal, mulai dari meminta perhatian, memberi tahu lapar, mengungkapkan ketidaknyamanan, atau sekadar menandai kehadiran. Dengan kata lain, kucing belajar bahwa suara mereka efektif untuk menarik respons manusia.
Beberapa pakar perilaku hewan menjelaskan bahwa kucing mungkin lebih sering mengeong kepada pria karena perbedaan cara pria dan wanita berinteraksi dengan hewan peliharaan. Secara umum, wanita cenderung menggunakan intonasi suara yang lebih tinggi dan lebih lembut ketika berbicara kepada kucing. Suara-suara ini sering menyerupai nada yang biasa digunakan ibu kucing untuk berkomunikasi dengan anaknya. Kucing merasa nyaman dengan nada tinggi dan lembut tersebut, sehingga mereka cenderung merespons dengan lebih sedikit vokalisasi, karena komunikasi sudah cukup efektif.
Sebaliknya, pria biasanya memiliki nada suara lebih rendah dan lebih dalam. Kucing mungkin merasa perlu mengeong lebih sering untuk menarik perhatian pria, karena nada rendah tidak seefektif suara tinggi dalam memancing respons instingtif. Dalam hal ini, mengeong menjadi “strategi” kucing untuk memastikan mereka didengar dan dipahami. Fenomena ini mirip dengan cara anak-anak berusaha lebih keras menarik perhatian orang tua yang sedang sibuk atau kurang responsif.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa pria cenderung memberikan perhatian fisik yang berbeda dibandingkan wanita. Misalnya, pria mungkin lebih sering mengelus atau mengangkat kucing dengan cara yang berbeda dari wanita, sehingga kucing perlu menyesuaikan perilaku komunikasinya. Mengeong bisa menjadi salah satu cara kucing mengekspresikan preferensi atau menegaskan posisi mereka dalam interaksi.
Faktor hormonal dan genetik kucing juga berperan. Kucing jantan dan betina mungkin menunjukkan respons berbeda terhadap pemilik pria karena insting alami mereka. Beberapa studi menunjukkan bahwa kucing lebih sensitif terhadap nada tertentu yang meniru suara predator atau suara dominan di lingkungan mereka, dan pria dengan nada lebih rendah bisa memicu reaksi vokal lebih sering.
Kucing juga dikenal sebagai hewan yang sangat observan terhadap perilaku manusia. Mereka bisa mengenali rutinitas, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh pemilik. Jika seorang pria cenderung kurang responsif atau lebih sibuk dibandingkan pemilik wanita, kucing akan lebih sering mengeong sebagai bentuk permintaan interaksi. Dengan kata lain, mengeong bisa menjadi “kode” bagi kucing untuk memanggil perhatian atau meminta hal yang mereka butuhkan.
Kesimpulannya, alasan kucing lebih sering mengeong kepada pria bukan karena kebencian atau preferensi biologis mutlak, tetapi kombinasi dari faktor komunikasi, nada suara, respons manusia, dan insting kucing itu sendiri. Mengeong adalah bentuk adaptasi cerdas kucing untuk memastikan kebutuhan mereka diperhatikan, dan perilaku ini bisa bervariasi tergantung karakter kucing, pengalaman sebelumnya, dan interaksi sehari-hari dengan pemilik.
Bagi pemilik kucing pria, memahami fenomena ini penting agar dapat menafsirkan suara kucing dengan tepat. Mengeong bukan sekadar suara biasa, melainkan cara kucing “bicara” dan membangun ikatan dengan manusia. Menanggapi dengan perhatian, nada lembut, dan sentuhan fisik yang hangat dapat membuat komunikasi lebih efektif, sekaligus memperkuat hubungan emosional antara kucing dan pemiliknya.