Sinarnarasi.com — Upaya pengendalian populasi hewan terus dilakukan di wilayah padat penduduk Jakarta. Salah satunya terlihat di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, di mana ratusan kucing jantan mengikuti program kebiri atau sterilisasi. Program ini digelar sebagai langkah konkret untuk menekan lonjakan populasi kucing liar yang kerap menimbulkan persoalan lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan hewan.
Kegiatan kebiri tersebut melibatkan petugas dari dinas terkait, dokter hewan, serta relawan komunitas pecinta kucing. Sejak pagi hari, warga terlihat antusias membawa kucing peliharaan maupun kucing liar yang berhasil ditangkap secara aman. Lokasi kegiatan disulap menjadi area layanan sterilisasi dengan prosedur medis yang terstandar, mulai dari pemeriksaan kesehatan, tindakan kebiri, hingga masa pemulihan pascaoperasi.
Menurut panitia pelaksana, fokus pada kucing jantan dipilih karena satu kucing jantan yang tidak disterilkan dapat menghamili banyak kucing betina dalam waktu singkat. Dengan menekan kemampuan reproduksi kucing jantan, laju pertumbuhan populasi kucing di wilayah padat seperti Johar Baru diharapkan dapat dikendalikan secara signifikan dan berkelanjutan.
Selama ini, Johar Baru dikenal sebagai salah satu kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi di Jakarta. Kondisi tersebut membuat populasi kucing liar berkembang pesat karena ketersediaan makanan dari sisa rumah tangga dan lingkungan yang relatif sempit. Jika tidak dikendalikan, populasi kucing liar berisiko menimbulkan masalah seperti bau tidak sedap, kebisingan, potensi penularan penyakit, hingga konflik antarwarga.
Program kebiri ini juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan hewan. Kucing jantan yang telah dikebiri cenderung lebih tenang, tidak agresif, dan memiliki risiko lebih rendah terlibat perkelahian yang bisa menyebabkan luka atau infeksi. Selain itu, sterilisasi juga menurunkan risiko beberapa penyakit reproduksi yang kerap menyerang kucing jantan dewasa.
Warga Johar Baru menyambut positif kegiatan tersebut. Banyak warga mengaku terbantu karena sebelumnya kesulitan mengendalikan jumlah kucing di lingkungan mereka. Beberapa warga bahkan menyatakan baru pertama kali mengikuti program kebiri gratis, mengingat biaya sterilisasi di klinik hewan swasta relatif mahal bagi sebagian masyarakat.
Petugas kesehatan hewan memastikan bahwa seluruh proses dilakukan secara aman dan sesuai standar medis. Setelah dikebiri, kucing menjalani masa pemulihan singkat sebelum dikembalikan kepada pemilik atau dilepas kembali ke lingkungan asalnya bagi kucing liar. Panitia juga memberikan edukasi kepada warga mengenai perawatan pascaoperasi serta pentingnya tidak membiarkan kucing berkembang biak tanpa pengawasan.
Pemerintah daerah menegaskan bahwa program ini bukan bertujuan mengurangi keberadaan kucing, melainkan mengendalikan populasi secara humanis. Pendekatan kebiri dinilai lebih efektif dan beretika dibandingkan metode penangkapan atau pemusnahan yang sering menuai penolakan. Program serupa direncanakan akan terus dilakukan secara berkala di wilayah lain dengan populasi kucing tinggi.
Selain sterilisasi, edukasi kepada masyarakat menjadi bagian penting dari program ini. Warga diajak untuk lebih bertanggung jawab terhadap hewan peliharaan, termasuk memberikan vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak membuang kucing sembarangan. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan warga dinilai menjadi kunci keberhasilan pengendalian populasi hewan di perkotaan.
Dengan adanya program kebiri ratusan kucing jantan di Johar Baru, diharapkan tercipta lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan harmonis antara manusia dan hewan. Langkah ini menjadi contoh bahwa pengelolaan populasi kucing dapat dilakukan secara berkelanjutan, berperikemanusiaan, dan berbasis partisipasi masyarakat.