Sinar Narasi — Industri kardus di Indonesia mungkin terdengar sederhana, namun sektor ini menyimpan sejarah persaingan besar antara dua konglomerasi raksasa: Grup Salim dan Sinar Mas. Sejak era 1970–1980-an, kebutuhan akan kemasan meningkat pesat seiring berkembangnya industri makanan, consumer goods, dan ekspor. Inilah yang menjadi titik awal masuknya kedua grup besar tersebut ke dalam industri yang kini bernilai miliaran dolar.
Pada masa itu, pertumbuhan pabrik makanan dan manufaktur mendorong permintaan kotak karton bergelombang atau corrugated carton box (CCB). Melihat peluang besar tersebut, Grup Salim, yang saat itu mulai memperluas sayap dari bisnis tepung dan mi instan ke sektor industri pendukung, mulai mengembangkan unit usaha kemasan melalui perusahaan-perusahaan manufaktur yang terintegrasi. Strategi mereka sederhana namun efektif: membangun rantai pasok kuat untuk mendukung bisnis utama.
Bersamaan dengan itu, Sinar Mas Group, yang dikenal lewat bisnis pulp dan kertas di bawah Asia Pulp & Paper (APP), melihat industri kardus sebagai perpanjangan alami dari produksi kertasnya. Dengan modal besar, akses ke bahan baku, serta teknologi mesin modern, Sinar Mas meluncurkan ekspansi agresif ke industri kemasan. Integrasi vertikal yang kuat membuat mereka mampu menawarkan produk kardus dengan harga kompetitif dan kapasitas produksi besar.
Masuknya dua grup ini mengubah struktur industri kardus nasional. Persaingan tidak lagi hanya soal harga, tetapi juga soal efisiensi produksi, inovasi bahan baku, dan kecepatan distribusi. Grup Salim memanfaatkan jaringan logistik dan ekosistem industrinya, sementara Sinar Mas mengandalkan kekuatan kapasitas pabrik dan inovasi berbasis pulp & paper.
Pada dekade 1990-an, persaingan makin ketat ketika banyak perusahaan manufaktur multinasional masuk ke Indonesia dan membutuhkan kemasan berkualitas tinggi. Grup Salim dan Sinar Mas menjadi pemasok dominan, memaksa pemain-pemain kecil bertahan lewat produk khusus, fleksibilitas, dan layanan personal. Era ini menandai lahirnya industri kardus modern seperti yang kita kenal saat ini.
Keberadaan kedua grup besar ini juga membuka lapangan kerja besar-besaran dan meningkatkan standar industri kemasan nasional. Investasi teknologi, mesin produksi berkecepatan tinggi, hingga pengembangan kardus ramah lingkungan, sebagian besar dipelopori oleh dua konglomerasi tersebut.
Hingga kini, persaingan antara Grup Salim dan Sinar Mas masih tersisa dalam lanskap industri kemasan Indonesia. Keduanya tetap menjadi pemain kunci yang menentukan arah inovasi, kualitas produk, dan kapasitas produksi nasional. Sejarah masuknya mereka ke industri kardus membuktikan bahwa sektor yang tampak sederhana pun dapat menjadi arena pertarungan strategis konglomerasi besar.