Sinar Narasi – Pemerintah Siprus tengah menghadapi krisis populasi kucing liar yang jumlahnya di perkirakan telah melampaui populasi manusia di negara kepulauan berpenduduk sekitar satu juta jiwa tersebut.
Selama ini, Siprus dikenal sebagai pulau Pecinta Kucing Pemandangan kucing yang berkeliaran di jalan, taman, hingga tempat wisata sudah menjadi hal lumrah. Bahkan, penemuan arkeologis pada tahun 2004 menunjukkan bahwa hubungan manusia dan kucing di pulau ini telah terjalin sejak 9.500 tahun lalu, menjadikannya salah satu bukti tertua domestikasi kucing di dunia.
Namun kini, populasi kucing yang tidak terkendali mulai menjadi masalah sosial dan lingkungan. Presiden Asosiasi Dokter Hewan Siprus, Demetris Epaminondas, menyebut penyebab utama lonjakan populasi ini adalah minimnya program sterilisasi serta tingginya angka kelangsungan hidup anak kucing akibat perawatan dari warga.
“Kucing liar tidak hanya menimbulkan kekhawatiran kesehatan dan keselamatan, tetapi juga mengancam ekosistem karena insting berburu mereka,” ujar Epaminondas.
Sebagai langkah penanganan, pemerintah Siprus meluncurkan program sterilisasi nasional bagi kucing liar dengan melibatkan dokter hewan swasta. Namun, Otoritas Veteriner Nasional mengakui program tersebut belum efektif karena anggaran terbatas.
“Dengan dana 100.000 euro, kami hanya bisa melakukan sekitar 2.000 sterilisasi per tahun, jumlah yang sangat kecil di bandingkan kebutuhan,” jelas Komisioner Lingkungan Hidup Antonia Theodosiou.
Untuk memperkuat program tersebut, Menteri Lingkungan Hidup Siprus Maria Panayiotou mengumumkan peningkatan anggaran menjadi 300.000 euro per tahun, sebuah langkah yang di nilai sebagai kemajuan signifikan.
Meski demikian, aktivis kucing seperti Eleni Loizidou dari lembaga amal Cat Alert menilai upaya ini masih jauh dari cukup. “Kami baru bisa mensterilkan ratusan ekor dari ribuan yang ada. Ini ibarat setetes air di lautan,” ujarnya.
Asosiasi Dokter Hewan Siprus mengusulkan rencana empat tahun untuk menekan populasi kucing liar, termasuk memberikan peran utama kepada klinik swasta agar bisa melakukan sterilisasi gratis tanpa birokrasi rumit.
Saat ini, biaya sterilisasi kucing liar betina mencapai 55 euro, sementara untuk kucing peliharaan bisa mencapai 120 euro. Untuk memperluas partisipasi publik, asosiasi juga mengusulkan pembentukan dana sumbangan masyarakat dan aplikasi pelaporan populasi kucing liar.
Namun, beberapa pihak menilai anggaran besar saja tidak cukup. Ketua Komite Lingkungan Parlemen, Charalambos Theopemptou, menekankan perlunya strategi nasional yang komprehensif. “Kita tidak bisa hanya mensterilkan kucing tanpa rencana yang jelas dan terukur,” tegasnya.
Bagi sebagian warga dan wisatawan, kucing adalah ikon pulau yang menambah daya tarik wisata. Namun tanpa pengendalian populasi yang tepat, Siprus berisiko berubah dari surga pecinta kucing menjadi pulau dengan krisis hewan liar yang tak terkendali.